Welcome to Rodi Hartono's Personal Weblog...!!!
TopBottom
Announcement: Wanna Exchange Links...? Contact Me at: (rudi.stainkrc@gmail.com).
Author: Rodi Hartono Posted at:Selasa, 31 Maret 2009
Share this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Yahoo Furl Technorati Reddit

MEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR MAHASISWA
Oleh: Rodi Hartono
A. Pendahuluan
Perguruan Tinggi adalah lembaga yang menyelengarakan pendidikan tinggi yang diharapkan mampu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam Tridharma Perguruan Tinggi, dosen mempunyai tiga tugas utama yang sangat terkait satu dengan yang lain. Tugas pertama berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, tugas kedua penelitian, dan tugas ketiga pengabdian kepada masyarakat. Namun, sebagian dosen, tugas pertama merupakan tugas utama, meskipun tugas lain juga tidak dilupakan. Dari ketiga tugas tersebut, yang menjadi fokus pada pembahasan ini adalah tugas pertama, yaitu pendidikan dan pengajaran.
Secara umum, masalah utama yang dihadapi dosen adalah:
a. dosen yang belum siap menghadapi berbagai perubahan
b. keterbatasan akses pada materi dan media pembelajaran
c. keterbatasan wawasan dan keterampilan dalam pembelajaran
Untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik, dosen seyogyanya melakukan banyak hal seperti membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta menilai proses dan hasil belajar peserta didik. Sebagai persiapan mengajar dosen mungkin melakukan banyak hal, namun yang pasti dosen akan menyiapkan materi yang akan diajarkannya. Penyiapan materi yang dianggap penting, seperti buku teks dan bahan lain, dilakukan dosen secara rutin. Ketika sudah berada di dalam kelas, sebagian dosen akan langsung mengajar dengan gayanya masing-masing; ada yang menggunakan media dari yang seadanya sampai yang canggih, ada yang hanya mengandalkan kemampuan berbicara, serta masih ada yang mendiktekan catatan kuliah. Di samping itu perlu pula dicatat bahwa dalam pembelajaran tertentu sudah ada diskusi kelas atau diskusi kelompok yang intensif dan menantang serta dikelola dengan baik, atau demonstrasi suatu keterampilan. Tentu saja praktek seperti itu ditemukan di kelas-kelas yang dikelola oleh dosen yang punya kemampuan dan komitmen tinggi. Kenyataan ini menyiratkan bahwa dalam menjalankan tugasnya di bidang pendidikan dan pengajaran, di samping adanya dosen yang sudah mampu mengelola pembelajaran dengan baik, masih ada dosen yang mempunyai masalah.
Dalam bidang penguasaan materi, tampaknya juga masih ada kendala, meskipun sudah banyak dosen yang sangat menguasai materi. Kendala utama terletak pada kurangnya dosen mengakses materi yang mutakhir, serta kurangnya dosen berbagi pengalaman dengan dosen bidang studi yang sama. Kekurangan itu mungkin terjadi karena terbatasnya kesempatan untuk melakukan hal tersebut atau memang kurangnya kemampuan dan kemauan dosen. Selanjutnya, adanya kelas besar, tidak memungkinkan dosen untuk mengenal mahasiswa secara akrab, sehingga kadang-kadang dosen tidak peduli dengan kebutuhan dan minat mahasiswa yang beragam. Kondisi ini diperparah lagi dengan masih miskinnya kemampuan sebagian dosen untuk merancang kegiatan yang mampu meningkatkan motivasi mahasiswa. Berpangkal dari sinilah mungkin muncul pertanyaan besar: “ Why teachers keep teaching, while students stop learning?” Dosen-dosen tertentu tidak menyadari bahwa mahasiswa sudah bosan mendengarkan ceramah dan tidak menaruh perhatian lagi pada materi yang diceramahkan. Mahasiswa sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di kelas, dengan perkataan lain “belajar” tidak terjadi lagi pada diri mahasiswa, namun dosen seolah-olah tidak tahu.
Selanjutnya, berbagai pengamatan lapangan menunjukkan bahwa perilaku mengajar sebagian dosen masih “tradisional”, yaitu lebih berfokus kepada mengajar daripada membelajarkan. Masih ada dosen yang menganggap bahwa ketika ia melakukan tugasnya di dalam kelas, ia harus menyajikan materi (umumnya dalam bentuk ceramah), dan tanpa itu, ia merasa belum mengajar. Mengajar masih diidentikkan dengan memberi informasi, sehingga yang terbentuk pada diri mahasiswa adalah pengetahuan kognitif yang kedalamannya masih diragukan. Pencapaian tujuan jangka panjang yang dicanangkan seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bekerja sama, kemampuan mandiri, kebiasaan berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kepatutan, hampir terabaikan. Dengan demikian, di beberapa kelas tradisi mengajar masih dominan, sehingga interaksi yang berlangsung di dalam kelas lebih bersifat satu arah. Sementara itu, fokus kemampuan yang dibentuk lebih ke arah kemampuan kognitif rendah, sehingga kegiatan pembelajaran lebih terkesan sebagai “content transmission” daripada pengkajian yang berfokus pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Potret mengajar masih kental, sedangkan kegiatan membelajarkan masih terasa sangat kurang.
Masih miskinnya sebagian dosen dengan khasanah strategi pembelajaran yang mendidik, mungkin merupakan pangkal dari masalah ini. Kemiskinan ini tidak mustahil bersumber dari LPTK atau perguruan tinggi almamater dari para dosen ini. Selama mengikuti pendidikan di LPTK atau perguruan tinggi lain, mungkin sebagian dari dosen ini hanya menghayati pengalaman belajar seperti yang dilakukan dosennya dahulu. Ia mungkin tidak pernah menghayati model pembelajaran yang membuatnya betah dan merasa mendapat manfaat dari pembelajaran tersebut. Tentu saja ada pengalaman belajar di LPTK yang sangat positif yang dapat menjadi model pembelajaran yang diharapkan. Akhirnya, sikap dosen dalam mengembangkan diri masih beragam. Ada yang secara sadar dan terus menerus meningkatkan diri dengan mengakses sumber-sumber mutakhir. Namun, ada juga yang sudah cukup puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya sekarang sehingga keiinginan untuk mengembangkan diri tidak muncul. Jika ini yang terjadi, pola pembelajaran di LPTK akan statis, meski dunia pembelajaran di sekitarnya tengah berkembang sangat pesat.
Dosen mempunyai peran penting dalam terjadinya belajar, meskipun tanpa dosen, belajar juga akan terjadi. Peran penting tersebut berkaitan dengan tugas dosen sebagai fasilitator, yang menyiapkan kondisi yang kondusif untuk belajar. Peran ini akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika dosen mampu: menguasai materi pembelajaran dengan baik, memahami karakteristik dan kebutuhan mahasiswa, mengelola pembelajaran yang mendidik, serta mengembangkan keperibadian dan keprofesionalannya. Secara rinci kemampuan ideal ini akan tercermin dalam keputusan situasional yang diambil dosen ketika merancang pembelajaran serta keputusan transaksional yang diambilnya ketika melaksanakan pembelajaran.

B. Media Pembelajaran
Pengertian media pembelajaran ialah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contoh : buku, film, kaset. Menurut Asosiasi Teknoligi Komunikasi Pendidikan (AECT) , media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Dengan memperhatikan definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk untuk membantu Dosen dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.
Media pembelajaran digunakan dengan tujuan antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut sifat bahan ajar.
2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar
3) Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
5) Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
6) Meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di perguruan tinggi. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarkan mahasiswa, sehinggga pada akhirnya perguruan tinggi mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pemanfaatan media pembelajaran yang optimal perlu didasarkan pada kebermaknaan dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada mahasiswa melalui suatu pengalaman belajar di LPTK yang menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu dosen di LPTK untuk memfasilitasi proses belajar mahasiswa. Media pembelajaran juga dapat membantu dosen untuk mempermudah proses belajar, memperjelas materi pembelajaran dengan beragam contoh yang konkret melalui media, memfasilitasi interaksi dengan mahasiswa, dan memberi kesempatan praktek kepada mahasiswa. Diharapkan, dengan segala kemudahan yang dijanjikan sebagai karakteristik intrinsik dari media pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran dapat membantu peningkatan kualitas pembelajaran di LPTK.
Ada dua permasalahan yang berkenaan dengan media pembelajaran di perguruan tinggi berfokus pada isu ketersediaan dan pemanfaatan, sebagai berikut:

a. Ketersediaan
Pada saat ini, ketersediaan media pembelajaran di berbagai LPTK masih belum merata. Ada LPTK yang mampu menyediakan beragam media pembelajaran dalam jumlah yang relatif banyak, ada juga LPTK yang masih belum memiliki ragam dan jumlah media pembelajaran yang diperlukan. Hal ini menyebabkan ragam dan jumlah media yang digunakan dosen pun beragam. Ada dosen yang menggunakan media yang beragam dan banyak secara maksimal, tetapi ada juga yang menggunakannya secara minimal. Media yang sering digunakan dosen adalah media cetak (diktat, modul, handout, buku teks, poster, majalah, surat kabar, dll.), sementara itu, media sederhana yang tetap banyak dimanfaatkan dosen adalah papan tulis. Media audio visual (overhead transparancy, video/film, kaset audio, siaran TV/Radio), dan media elektronik (komputer, internet) masih belum secara intensif dimanfaatkan.

b. Pemanfaatan media
Media cetak merupakan media pembelajaran yang sering digunakan oleh dosen, karena mudah untuk dikembangkan maupun dicari dari berbagai sumber. Namun, kebanyakan media cetak sangat tergantung pada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak, yang pada gilirannya menuntut kemampuan abstraksi yang sangat tinggi dari mahasiswa. Hal ini dapat menyulitkan mereka.
Dalam hal pemanfaatan media, selain kreativitas dosen, pertimbangan instruksional juga menjadi salah satu faktor yang menentukan. Hasil penelitian menunjukkan seringkali dosen menggunakan media pembelajaran “seadanya” tanpa pertimbangan pembelajaran (instructional consideration). Ada kalanya dosen menggunakan media canggih, semata-mata karena media tersebut tersedia di LPTK, walaupun sesungguhnya tidak diperlukan dalam pembelajaran.
Ketidaktepatan (“mismatch”) pemanfaatan media pembelajaran banyak sekali terjadi di perguruan tinggi, antara lain karena hal-hal berikut.
1) Novelty Effect
Banyak dosen mengasumsikan bahwa semakin canggih, semakin baru, semakin mutakhir media yang digunakan, akan semakin baik kualitas pembelajaran yang diperoleh. Kecanggihan, kebaruan, dan kemutakhiran media harus selalu dikaitkan pada tujuan pembelajaran. Dalam beberapa kasus, media yang “kuno” tetap diperlukan untuk beragam pengalaman belajar.

2) Biaya (murah versus mahal)
Media pembelajaran yang murah atau yang mahal tidak harus selalu yang paling tepat untuk pembelajaran, jika tidak mengacu pada kompetensi mahasiswa yang harus dicapai. Biaya harus menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan media pembelajaran, namun tujuan pembelajaran perlu menjadi pertimbangan yang paling penting dalam memilih media pembelajaran.

3) Keterampilan Dosen
Efektivitas pemanfaatan media sangat tergantung pada kualitas dosennya. Dosen diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan khusus yang memang dipersyaratkan untuk dapat memanfaatkan media pembelajaran secara efektif, yaitu kreativitas, akses, wawasan tenaga pengajar tentang media pembelajaran, serta keterampilan teknis dan melek media (media and technology literacy). Selain itu, perlu ada sikap positif dari dosen terhadap media pembelajaran. Dosen perlu percaya bahwa perannya tidak akan tergantikan oleh media pembelajaran.
Pemanfaatan media pembelajaran dikaitkan sangat erat dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media pembelajaran oleh dosen diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan mahasiswa, dan mahasiswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan di mana saja, serta memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. Hal ini dipercaya mampu mengubah suasana belajar dari mahasiswa yang pasif menunggu, dan dosen sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi mahasiswa aktif berdiskusi dan mencari melalui beragam sumber belajar yang tersedia, sementara dosen berperan menjadi fasilitator yang sama-sama terlibat dalam proses belajar dengan mahasiswa. Ketersediaan akan aneka ragam media dan teknologi pembelajaran bermakna bukan hanya bagi dosen, tetapi juga bagi mahasiswa, karena media dan teknologi pembelajaran dapat membantu mahasiswa secara luwes untuk mencapai tujuan belajarnya.
Untuk menyiasati masalah ini, dosen dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Ketersediaan

Jika tersedia ragam dan jumlah media yang banyak, pilihlah media pembelajaran berdasarkan kompetensi yang akan dicapai, karakteristik bidang ilmu, kondisi dosen dan mahasiswa, akses mahasiswa, biaya, proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, organisasi, tingkat kemutakhiran, serta sistem pendukung. Di samping itu, beberapa media pembelajaran dapat dipilih untuk dimanfaatkan secara bersama-sama (lintas mata kuliah) dalam proses pembelajaran sehingga saling memperkaya, dan efektivitas serta efisiensinya menjadi meningkat.

Jika ragam dan jumlah media pembelajaran yang tersediaadalah minimal, maka perlu dilakukan pengembangan media pembelajaran secara bertahap oleh dosen sendiri, berkelompok, dan atau melibatkan pihak lain (internal dan eksternal) – mahasiswa, pengelola perguruan tinggi, industri, masyarakat, agen donor, dll., agar diperoleh efisiensi dan segala konsekuensi serta manfaatnya menjadi milik bersama.

b. Pemanfaatan yang optimal
Pemanfaatan media pembelajaran perlu dioptimalkan, tidak terbatas hanya sebagai alat penyajian informasi keilmuan dan alat bantu pengumpulan informasi, tapi juga terfokus pada alat bantu untuk berinteraksi, memproduksi sesuatu, dan berkomunikasi. Dosen perlu mencoba meningkatkan upaya pemanfaatan media dalam pembelajarannya, misalnya untuk meningkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan mahasiswa, untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa menghasilkan karya – pemikiran (produksi) sebagai hasil belajarnya.
Media pembelajaran akan memperkaya proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil pembelajaran yang berkualitas, namun sama sekali tidak akan menggantikan peran interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Terutama bagi dosen LPTK, media pembelajaran yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran akan menjadi model bagi mahasiswanya untuk memanfaatkan media yang sama, jika mereka sudah lulus dan bertugas menjadi guru di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya

Media pembelajaran dapat mempermudah mahasiswa belajar, namun sangatlah tidak mungkin mahasiswa mampu mencapai kompetensi dengan hanya diberikan setumpuk buku atau jurnal ilmiah untuk dibaca, atau setumpuk video, atau kaset audio. Kompetensi hanya dapat dicapai melalui beragam interaksi antara mahasiswa dengan dosen, dengan mahasiswa lain, serta dengan informasi keilmuan melalui berbagai media. Pengalaman belajar yang kaya hendaknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dan menunjukkan kompetensi yang dicapainya melalui beragam media.
Untuk dapat memanfaatkan media pembelajaran secara optimal, dosen diharapkan menguasai keterampilan pemanfaatan beragam media pembelajaran. Untuk itu, dosen dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh LPTK, pemerintah atau institusi lain, atau juga melakukan pelatihan diri sendiri. Keterampilan dosen dalam hal ini amat penting, mengingat peran media pembelajaran yang semakin meningkat baik dalam kehidupan akademik di LPTK maupun di dunia persekolahan.

C. Pembahasan
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk membuat dosen tertantang mengelola pembelajaran yang berkualitas? Bertitik tolak dari kondisi tersebut, tampaknya perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas mengajar dosen, yang pada saatnya diharapkan akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berikut ini disajikan berbagai alternatif yang dapat ditempuh.

a. Mengatasi Keterbatasan Akses Pada Materi Mutakhir

Mengekspos diri dengan berbagai materi paling mutakhir, baik yang berasal dari internet maupun buku. Jika perlu, dosen langsung diajak menghayati bagaimana mudahnya mendapat informasi / sumber pembelajaran dari internet.
Mengekspos diri dengan berbagai materi dan perkembangan tentang model-model pembelajaran

b. Mengatasi Keterbatasan Wawasan Dan Keterampilan Pembelajaran

Melibatkan dosen dalam perancangan model pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa. Dalam kaitan ini dapat dibentuk kelompok kecil dosen dari bidang studi yang sama. Menyebarluaskan model yang dikembangkan dosen, jika ternyata model tersebut cukup efektif.
Memperkaya khasanah strategi pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa, sekaligus yang menyajikan pengalaman belajar yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dibentuk. Dosen dilengkapi dengan berbagai model pembelajaran dan diminta menganalisis model tersebut, mencobakannya, dan melaporkan hasil penerapannya.
Secara periodik memberi kesempatan kepada dosen untuk mendesain/ mengembangkan model pembelajaran sendiri sesuai dengan bidang studi masing-masing, secara kompetitif. Memperkenalkan berbagai pandangan baru dalam komponen pembelajaran, termasuk komponen penilaian, yang menuju kepada “life-long learning”, melalui berbagai kegiatan. Hal ini juga terkait dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kini sedang diterapkan kembali
Komponen baru ini terutama terkait dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, materi yang tidak hanya tergantung dari buku teks, tetapi dari berbagai sumber, termasuk yang ditemukan oleh mahasiswa, dan bahkan kalau mungkin berasal lingkungan sekitar. Selanjutnya, kegiatan terfokus pada pengalaman belajar yang memungkinkan terbentuknya kompetensi yang diinginkan, dan sesuai dengan itu, instrumen penilaian yang digunakan haruslah bervariasi sesuai dengan hakikat penguasaan kompetensi yang ingin dinilai, mulai dari tes sampai portofolio. Di samping itu, dosen diakrabkan dengan perkembangan baru dalam pembelajaran di sekolah, sehingga antara LPTK dan sekolah terdapat jalinan/hubungan yang kuat.
Mendorong dosen untuk melakukan penelitian pembelajaran, khususnya melalui Penelitian Tindakan Kelas. Dengan cara ini diharapkan berbagai inovasi dalam pembelajaran akan datang dari dosen, sehingga komitmen untuk menerapkannya akan lebih tinggi.

c. Mengatasi Dosen Yang Belum Siap Untuk Menghadapi Berbagai Perubahan

Karena upaya ini menyangkut dosen, maka yang pertama harus melakukan perubahan tersebut adalah dosen.Untuk itu, dosen perlu memotivasi dan memfokuskan diri untuk berubah. Jika dosen tidak mau berubah, apapun yang dilakukan oleh pihak lain, tidak akan mampu mengubah dosen. Dosen yang mau berubah, seyogyanya berusaha memenuhi kondisi ideal dengan cara mengembangkan kemampuan dan keprofesionalan secara mandiri, serta menyambut gembira dan terlibat secara aktif dalam.berbagai upaya yang dilakukan oleh lembaga.
Membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar. Dimensi ini merupakan dasar dari terjadinya belajar, yang juga melibatkan perubahan pola pikir. Tanpa persepsi dan sikap positif terhadap belajar, belajar tidak akan pernah terjadi. Persepsi dan sikap positif ini tentu lebih dahulu harus ditunjukkan oleh dosen, agar para mahasiswa terimbas oleh sikap tersebut.
Upaya tersebut akan lebih berhasil jika para pimpinan LPTK ikut berperan aktif, bahkan jika mungkin ikut menjadi model dalam melaksanakan pembaharuan pembelajaran tertentu. Bahkan, jika ada semacam penghargaan (“reward”), yang tidak selalu dalam bentuk materi, upaya ini akan lebih “menggigit”.

d. Menuju Pembelajaran Berkualitas
Upaya pencapaian pembelajaran berkualitas menuntut agar LPTK dan proses pendidikan yang berlangsung di dalamnya menjadi transparan bagi komunitas sekitarnya dan pihak-pihak yang berkepentingan. Pada satu sisi, pencapaian kualitas dalam pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang dosen, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, dan pemanduan siswa untuk mencapai hasil belajar maksimal yang dapat dicapai. Pada sisi lain, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, LPTK sebagai institusi sangat bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, keterampilan serta sikap dan moral dari setiap individu siswa/murid sebagai anggota masyarakat.
Dari masa ke masa tradisi pembelajaran mengalami perubahan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan beragam kebutuhan masyarakat. Sekarang sudah umum bagi dosen untuk menyiapkan satuan acara perkuliahan, melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan kreatif, serta melakukan evaluasi dalam suatu proses pembelajaran. Namun demikian, apa yang dipersiapkan hari ini, mungkin menjadi kadaluwarsa pada hari berikutnya, akibat dari tuntutan kualitas yang kian meningkat dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Sementara itu, masukan (input) bagi LPTK, yaitu mahasiswa ternyata juga menjadi masalah karena calon mahasiswa LPTK bukan yang terbaik atau yang tergolong tinggi, dan kemampuan LPTK menarik peminat calon mahasiswa sangat terbatas. Pada umumnya kemampuan akademik calon mahasiswa program kependidikan cenderung lebih rendah dibanding calon mahasiswa pada program studi nonkependidikan.

BIBLIOGRAFI

AECT.The definition of Educational Technology, 1977.Edisi Indonesia diterbitkan CV.Rajawali dengan judul Definisi teknologi Pendidikan.
Bobby DePorter, dkk. 2000. Quantum teaching. Bandung: Kaifa.

Kemp E.Jerrold. Designing Effective Instruction. New York. Macmillan International
Mulyasa, E. 2002. Kurilculum berbasis kompetensi: Konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sadiman. Arif. Media Pendidikan: Pengertian, pengembangan dan Pemanfaatannay.2006. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Yusufhadi.Miarso.Media Instruksional.Pusat TKPK.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

0 komentar:

Posting Komentar